Mutualisme Simbiotik Masyarakat Dakwah dan Masyarakat Politik
Ditengah
masyarakat, agama (dalam konteks ini dakwah) dan politik merupakan lembaga
masyarakat yang menghasilkan nilai-nilai tertentu dan pengaruh-pengaruh
tertentu. Keduanya berjalan beriringan hingga tercipta adanya praktis Dakwah
politik dan Politik Dakwah sebagai bentuk mutualisme simbotik. Berdakwah dapat
dilakukan melalui berbagai jalur seperti pendidikan, perdagangan, dan politik
itu sendiri. Banyak aktifis dakwah yang menjalankan kegiatan dakwahnya melalui
politik. Maka, Dakwah Politik adalah kegiatan berdakwah melalui jalur politik.
Sedangkan Politik
Dakwah, dengan politik sebagai tujuannya, adalah kegiatan berpolitik yang
dilakukan oleh para aktifisnya melalui jalur dakwah. Politik cenderung
menggunakan segala cara untuk melancarkan apa yang ingin dicapainya termasuk
menggunakan kegiatan dakwah yang populer ditengah masyarakat. Ini berbeda
dengan Dakwah Politik yang tujuan utamanya adalah berdakwah. Politik dakwah
lebih menonjol untuk mendapatkan perhatian masyarakat dakwah/mad’u untuk suatu
kedudukan.
Politik Dakwah
adalah suatu cara yang dipakai orang-orang yang murni dari dunia politik yang
sengaja menggunakan dakwah sebagai sarana memperoleh dukungan untuk mereka
Robert M. Maclver
dalam bukunya the emergence of government, menguraikan bagaimana
seharusnya menata susunan masyarakat agar mampu mengelola konflik kepentingan
antar individu dan antar kelompok dengan cara menempatkan kekuatan ketiga
sebagai stabilisator, yaitu dengan membentuk pemerintah ditengah masyarakat.
Dari sini, harus ada aktifis dakwah yang masuk ke ranah politik dan menjadi
pemerintah sebagai kontrol sosial masyarakat dan menjalankan aksi dakwahnya.
Dengan adanya ummat islam atau aktivis yang menjadi pemerintah, kegiatan dakwah
akan semakin mudah berjalan atas hukum masyarakat yang patuh atas
pemerintahnya.
Dakwah melalui
jalur politik / Dakwah Politik sudah ada sejak zaman nabi Muhammad SAW. Atas
kedudukannya, Rasulullah dapat memperluas daerah kekuasaannya sekaligus
menyebarkan islam hingga ke banyak belahan dunia. Dakwah Politik disini
benar-benar mengartikan dakwah sebagai tujuan utama dan politik sebagai jalan
atau cara mencapai tujuan tersebut, yakni berdakwah.
Di Indonesia,
berdakwah melalui jalur politik sudah dilakukan sejak para pendiri Republik
Indonesia, termasuk didalamnya tokoh-tokoh ulama islam, konon bersepakat
menerima konsep-konsep atau kaidah-kaidah politik modern, yang tidak
bertentangan dengan nilai-nilai islam. serta banyak juga tokoh-tokoh islam yang
berasal dari ormas dengan misi berdakwah yang kemudian masuk dalam dunia
politik dan mencalonkan diri menjadi pemerintah. Juga partai-partai politik
yang berlatar belakang islam.
Dilain sisi,
setiap pentas politik digelar, para ulama dan tokoh agama (termasuk ustad,
pemimpin ormas keagamaan, penceramah, pimpinan istitusi agama, akademisi dan
intelek muslim) ikut sibuk menjadi ‘corong’ politisi dan kandidat atau pasangan
calon (paslon) tertentu. Pemuka agama yang memang memiliki hati pengikutnya
dalam forum-forum dakwah, tentu akan sangat mudah mempengaruhi mad’u nya untuk
cenderung memihak kandididat politik tertentu. Masyarakat/mad’u pasti telah percaya
pada tokoh agama yang dianggap lebih berilmu darinya. Hal ini lebih
dimanfaatkan oleh oknum-oknum politisi demi mendapat kedudukan melalui pemuka
agama yang memiliki hati masyarakat banyak hingga mendapat kepercayaan banyak
Politikus tersebut
akan mendatangi satu pemuka agama dan melakukan negosiasi agar pemuka agama
tersebut mendukung dirinya. Maka tak heran jika saat ini banyak paslon yang
terang-terangan mengakui satu ulama berada dibelakangnya demi menarik
kepercayaan pengikut/mad’u ulama tersebut.
Kepercayaan yang
didapatkan tersebut menjadi suatu kepercayaan yang disebut sebagai input.
Kepercayaan menjadi sumber legitimasi dalam proses awal suaru pemerintahan.
Kepercayaan masyarakat diwujudkan dalam pemberian suara pada pemilihan umum
terhadap pemerintah (partai politik) yang akan memerintah atau dipercaya.
Sisanya, atau kepercayaan sebagai output adalah pemenuhan janji atau pemenuhan
kebutuhan dan kepentingan masyarakat oleh kepemerintahannya nanti
Islam sendiri,
ketika Allah memerintahkan umatnya untuk memilih pemimpin terbaik, maka secara
tidak langsung islam memerintahkan umatnya untuk hidup sadar politik atau melek
politik
Dari penjelasan
tersebut, masyarakat politik dan masyarakat dakwah bisa saling bekerja sama dan
melakukan hubungan mutualisme yang menguntungkan bagi keduanya dan mencapai
tujuannya masing-masing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar