Kamis, 17 September 2020

Mutualisme Simbiotik Masyarakat Dakwah dan Masyarakat Politik

 

Mutualisme Simbiotik Masyarakat Dakwah dan Masyarakat Politik

            Ditengah masyarakat, agama (dalam konteks ini dakwah) dan politik merupakan lembaga masyarakat yang menghasilkan nilai-nilai tertentu dan pengaruh-pengaruh tertentu. Keduanya berjalan beriringan hingga tercipta adanya praktis Dakwah politik dan Politik Dakwah sebagai bentuk mutualisme simbotik. Berdakwah dapat dilakukan melalui berbagai jalur seperti pendidikan, perdagangan, dan politik itu sendiri. Banyak aktifis dakwah yang menjalankan kegiatan dakwahnya melalui politik. Maka, Dakwah Politik adalah kegiatan berdakwah melalui jalur politik.

            Sedangkan Politik Dakwah, dengan politik sebagai tujuannya, adalah kegiatan berpolitik yang dilakukan oleh para aktifisnya melalui jalur dakwah. Politik cenderung menggunakan segala cara untuk melancarkan apa yang ingin dicapainya termasuk menggunakan kegiatan dakwah yang populer ditengah masyarakat. Ini berbeda dengan Dakwah Politik yang tujuan utamanya adalah berdakwah. Politik dakwah lebih menonjol untuk mendapatkan perhatian masyarakat dakwah/mad’u untuk suatu kedudukan.

            Politik Dakwah adalah suatu cara yang dipakai orang-orang yang murni dari dunia politik yang sengaja menggunakan dakwah sebagai sarana memperoleh dukungan untuk mereka

            Robert M. Maclver dalam bukunya the emergence of government, menguraikan bagaimana seharusnya menata susunan masyarakat agar mampu mengelola konflik kepentingan antar individu dan antar kelompok dengan cara menempatkan kekuatan ketiga sebagai stabilisator, yaitu dengan membentuk pemerintah ditengah masyarakat. Dari sini, harus ada aktifis dakwah yang masuk ke ranah politik dan menjadi pemerintah sebagai kontrol sosial masyarakat dan menjalankan aksi dakwahnya. Dengan adanya ummat islam atau aktivis yang menjadi pemerintah, kegiatan dakwah akan semakin mudah berjalan atas hukum masyarakat yang patuh atas pemerintahnya.

            Dakwah melalui jalur politik / Dakwah Politik sudah ada sejak zaman nabi Muhammad SAW. Atas kedudukannya, Rasulullah dapat memperluas daerah kekuasaannya sekaligus menyebarkan islam hingga ke banyak belahan dunia. Dakwah Politik disini benar-benar mengartikan dakwah sebagai tujuan utama dan politik sebagai jalan atau cara mencapai tujuan tersebut, yakni berdakwah.

            Di Indonesia, berdakwah melalui jalur politik sudah dilakukan sejak para pendiri Republik Indonesia, termasuk didalamnya tokoh-tokoh ulama islam, konon bersepakat menerima konsep-konsep atau kaidah-kaidah politik modern, yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai islam. serta banyak juga tokoh-tokoh islam yang berasal dari ormas dengan misi berdakwah yang kemudian masuk dalam dunia politik dan mencalonkan diri menjadi pemerintah. Juga partai-partai politik yang berlatar belakang islam.

            Dilain sisi, setiap pentas politik digelar, para ulama dan tokoh agama (termasuk ustad, pemimpin ormas keagamaan, penceramah, pimpinan istitusi agama, akademisi dan intelek muslim) ikut sibuk menjadi ‘corong’ politisi dan kandidat atau pasangan calon (paslon) tertentu. Pemuka agama yang memang memiliki hati pengikutnya dalam forum-forum dakwah, tentu akan sangat mudah mempengaruhi mad’u nya untuk cenderung memihak kandididat politik tertentu. Masyarakat/mad’u pasti telah percaya pada tokoh agama yang dianggap lebih berilmu darinya. Hal ini lebih dimanfaatkan oleh oknum-oknum politisi demi mendapat kedudukan melalui pemuka agama yang memiliki hati masyarakat banyak hingga mendapat kepercayaan banyak

            Politikus tersebut akan mendatangi satu pemuka agama dan melakukan negosiasi agar pemuka agama tersebut mendukung dirinya. Maka tak heran jika saat ini banyak paslon yang terang-terangan mengakui satu ulama berada dibelakangnya demi menarik kepercayaan pengikut/mad’u ulama tersebut.

            Kepercayaan yang didapatkan tersebut menjadi suatu kepercayaan yang disebut sebagai input. Kepercayaan menjadi sumber legitimasi dalam proses awal suaru pemerintahan. Kepercayaan masyarakat diwujudkan dalam pemberian suara pada pemilihan umum terhadap pemerintah (partai politik) yang akan memerintah atau dipercaya. Sisanya, atau kepercayaan sebagai output adalah pemenuhan janji atau pemenuhan kebutuhan dan kepentingan masyarakat oleh kepemerintahannya nanti

            Islam sendiri, ketika Allah memerintahkan umatnya untuk memilih pemimpin terbaik, maka secara tidak langsung islam memerintahkan umatnya untuk hidup sadar politik atau melek politik

            Dari penjelasan tersebut, masyarakat politik dan masyarakat dakwah bisa saling bekerja sama dan melakukan hubungan mutualisme yang menguntungkan bagi keduanya dan mencapai tujuannya masing-masing.

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LIPUTAN KEGIATAN PPM (Praktik Profesi Mahasiswa)

Praktik Profesi Mahasiswa (PPM) dan Job Training merupakan kegiatan intrakurikuler yang mengikat dan menjadi salah satu syarat dalam mengiku...